Oleh : Muhanad Abduh Tausikal
Segala puji bagi Allah, Rabb semesta
alam. Shalawat dan salam kepada Nabi kita Muhammad, keluarga dan sahabatnya.
Di
zaman ini, akhlak baik kepada orang tua seakan semakin sirna. Apalagi sudah
disibukkan dengan anak dan istri. Atau barangkali ada kesibukan yang sebenarnya
tidaklah urgent, namun ketika ortu memanggil, jawaban sang anak, “Aduh Mama,
ini lagi asyik nih. Trus saja Oci (panggilan akrabnya) diganggu.” Gitulah
anak muda kadang dengan jawaban yang kasar, bahkan sambil marah-marah. Itulah
karena terpengaruh TV, lingkungan dan lainnya.
Tak
tahukah kita bahwa bermuamalah baik dengan ortu adalah jalan menuju surga?
Coba
kita lihat hadits berikut ini yang disebutkan oleh Imam Al Bukhari rahimahullah
dalam kitab Al Adabul Mufrod.
Dari
Thaisalah bin Mayyas , ia berkata,
كُنْتُ مَعَ
النَّجَدَاتِ ،
فَأَصَبْتُ ذَنُوْبًا لاَ
أَرَاهَا إِلاَّ
مِنَ
الْكَبَائِرِ، فَذَكَرْتُ ذَالِكَ ِلابْنِ عُمَرَ.
قاَلَ:
مَا
هِىَ؟
قلُتْ:ُ كَذَا وَكَذَا. قَالَ:
لَيْسَتْ هَذِهِ
مِنَ
الْكَبَائِرِ، هُنَّ
تِسْعٌ:
اْلإِشْرَاكُ بِاللهِ، وَقَتْلُ نِسْمَةٍ، وَالْفِرَارُ مِنَ
الزَّحْفِ، وَقَذْفُ الْمُحْصَنَةِ، وَأَكْلُ الرِّبَا، وَأَكْلُ مَالِ
الْيَتِيْمِ، وَإِلْحَادُ فِي
الْمَسْجِدِ، وَالَّذِيْ يَسْتَسْخِرُ ،
وَبُكَاءُ الْوَالِدَيْنِ مِنَ
الْعُقُوْقِ، قاَلَ:
لِي
ابْنُ
عُمَرَ:
أَتَفَرَّقُ النَّارَ ،
وَتُحِبُّ أَنْ
تَدْخُلَ الْجَنَّةَ؟ قُلْتُ:
إِيْ،
وَاللهِ! قَالَ:
أَحَيٌّ وَالِدَاكَ؟ قُلْتُ:
عِنْدِيْ أُمِّىْ. قَالَ:
فَوَاللهِ! لَوْ
أَلَنْتَ لَهَا
الْكَلاَمَ، وَأَطْعَمْتَهَا الطَّعَامَ، لَتَدْخُلَنَّ الْجَنَّةَ مَا
اجْتَنَبْتَ الْكَبَائِرَ.
"Ketika
tinggal bersama An Najdaat, saya melakukan perbuatan dosa yang saya anggap
termasuk dosa besar. Kemudian saya ceritakan hal itu kepada ‘Abdullah bin
‘Umar. Beliau lalu bertanya, ”Perbuatan apa yang telah engkau lakukan?"
”Saya pun menceritakan perbuatan itu.” Beliau menjawab, "Hal itu tidaklah
termasuk dosa besar. Dosa besar itu ada sembilan, yaitu mempersekutukan Allah,
membunuh orang, lari dari pertempuran, memfitnah seorang wanita mukminah
(dengan tuduhan berzina), memakan riba', memakan harta anak yatim, berbuat
maksiat di dalam masjid, menghina, dan [menyebabkan] tangisnya kedua orang tua
karena durhaka [kepada keduanya].” Ibnu Umar lalu bertanya, "Apakah engkau
takut masuk neraka dan ingin masuk surga?" ”Ya, saya ingin”, jawabku.
Beliau bertanya, "Apakah kedua orang tuamu masih hidup?" "Saya
masih memiliki seorang ibu", jawabku. Beliau berkata, "Demi Allah,
sekiranya engkau berlemah lembut dalam bertutur kepadanya dan memasakkan
makanan baginya, sungguh engkau akan masuk surga selama engkau menjauhi
dosa-dosa besar." (HR. Bukhari dalam Adabul Mufrod no. 8,
shahih. Lihat Ash Shahihah 2898)
Lihatlah
akhi ... saksikanlah ukhti ... bagaimana
dengan sikap lemah lembut pada orang tua yang mengandung dan membesarkan kita
bisa memasukkan dalam surga! Subhanallah ... Ternyata begitu ringan
amalan tersebut bagi siapa yang Allah mudahkan.
Disebutkan
oleh Imam Al Bukhari pula dalam kitab yang sama, dari Urwah, ia berkata
mengucapkan firman Allah,
وَاخْفِضْ لَهُمَا جَنَاحَ الذُّلِّ مِنَ
الرَّحْمَةِ
"Dan rendahkanlah dirimu
terhadap mereka berdua dengan penuh kesayangan.” (QS. Al Isro’: 24)
قاَلَ: "لاَ تَمْتَنِعْ مِنْ
شَيْءٍ
أحَبَّاهُ
Lalu
ia berkata, "Janganlah engkau menolak sesuatu yang diinginkan oleh
keduanya." (HR. Bukhari dalam Adabul Mufrod no. 9, shahih secara
sanad)
Cobalah
renungkan kedua hadits di atas. Berlemah lembut pada ortu sungguh luar biasa.
Amalan sederhana. Namun memang butuh dilatih. Apalagi kita mesti menghadapi
orang tua yang mudah emosi, sedikit-sedikit marah. Memang butuh kesabaran.
Kalau kita mengingat balasan lemah lembut, sungguh itu akan membuat kita
berakhlak baik pada mereka. Cobalah membalas keburukan dengan kebaikan. Moga
saja kita dimudahkan oleh untuk bisa melakukannya. Allah Ta'ala berfirman,
وَلَا تَسْتَوِي الْحَسَنَةُ وَلَا
السَّيِّئَةُ ادْفَعْ بِالَّتِي هِيَ
أَحْسَنُ فَإِذَا الَّذِي بَيْنَكَ وَبَيْنَهُ عَدَاوَةٌ كَأَنَّهُ وَلِيٌّ حَمِيمٌ (34) وَمَا
يُلَقَّاهَا إِلَّا
الَّذِينَ صَبَرُوا وَمَا
يُلَقَّاهَا إِلَّا
ذُو
حَظٍّ
عَظِيمٍ (35)
“Dan
tidaklah sama kebaikan dan kejahatan. Tolaklah (kejahatan itu) dengan cara yang
lebih baik, maka tiba-tiba orang yang antaramu dan antara dia ada permusuhan
seolah-olah telah menjadi teman yang sangat setia. Sifat-sifat yang baik itu
tidak dianugerahkan melainkan kepada orang-orang yang sabar dan tidak
dianugerahkan melainkan kepada orang-orang yang mempunyai keuntungan yang besar.”
(QS. Fushilat: 34-35)
Sahabat
yg mulia, Ibnu 'Abbas -radhiyallahu 'anhuma- mengatakan, "Allah
memerintahkan pada orang beriman untuk bersabar ketika ada yang membuat marah,
membalas dengan kebaikan jika ada yang buat jahil, dan memaafkan ketika ada
yang buat jelek. Jika setiap hamba melakukan semacam ini, Allah akan
melindunginya dari gangguan setan dan akan menundukkan musuh-musuhnya. Malah
yang semula bermusuhan bisa menjadi teman dekatnya karena tingkah laku baik
semacam ini."
Ibnu
Katsir rahimahullah mengatakan, "Namun yang mampu melakukan seperti ini
adalah orang yang memiliki kesabaran. Karena membalas orang yg menyakiti kita
dengan kebaikan adalah suatu yang berat bagi setiap jiwa." (Tafsir Al
Qur’an Al ‘Azhim, 12/243)
Semoga kita kembali teringat dengan
sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam,
رَغِمَ أَنْفُهُ ثُمَّ رَغِمَ
أَنْفُهُ ثُمَّ رَغِمَ أَنْفُهُ ». قِيلَ مَنْ يَا رَسُولَ اللَّهِ قَالَ « مَنْ
أَدْرَكَ وَالِدَيْهِ عِنْدَ الْكِبَرِ أَحَدَهُمَا أَوْ كِلَيْهِمَا ثُمَّ لَمْ
يَدْخُلِ الْجَنَّةَ
"Sungguh
terhina, sungguh terhina, sungguh terhina." Ada yang bertanya,
"Siapa, wahai Rasulullah?" Beliau bersabda, ”(Sungguh hina) seorang
yang mendapati kedua orang tuanya yang masih hidup atau salah satu dari
keduanya ketika mereka telah tua, namun justru ia tidak masuk surga."
(HR. Muslim no. 2551)
Jadikanlah
bakti pada orang tua, berlemah lembut pada mereka sebagai jalan menuju surga
yang penuh kenikmatan yang tiada tara.
Dari Abdullah bin ’Umar radhiyallahu
‘anhuma, ia berkata,
رِضَا الرَّبِّ فِي رِضَا الْوَالِدِ
وَ سَخَطُ الرَّبِّ فِي سَخَطِ الْوَالِدِ
"Ridha
Allah tergantung pada ridha orang tua dan murka Allah tergantung pada murka
orang tua." (HR. Bukhari dalam Adabul
Mufrod no. 2. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini hasan jika sampai
pada sahabat, namun shahih jika sampai pada Nabi shallallahu ’alaihi wa
sallam)
Semoga
kita mengingat perkataan amat bagus dari Ka’ab Al Ahbar. Beliau pernah
ditanyakan mengenai perkara yang termasuk bentuk durhaka pada orang tua, beliau
mengatakan,
إذا أمرك والدك بشيء فلم تطعهما فقد
عققتهما العقوق كله
“Apabila
orang tuamu memerintahkanmu dalam suatu perkara (selama bukan dalam maksiat,
pen) namun engkau tidak mentaatinya, berarti engkau telah melakukan berbagai
macam kedurhakaan terhadap keduanya.” (Birrul Walidain, hal. 8, Ibnul
Jauziy)
Semoga
Allah beri taufik dan kemudahan bagi kita sekalian untuk berlemah lembut dan
berakhlak pada orang tua kita yang amat kita kasihi. Wallahu waliyyut taufiq.
-
Alhamdulillahilladzi bi ni’matihi tatimmush shalihaat -